Alam sungguh baik pada kita karena telah menyediakan hampir semua kebutuhan hidup. Kelangsungan hidup kita 100 persen sangat tergantung pada perubahannya. Jika alam berkembang ke arah yang lebih baik maka ada harapan manusia akan lebih lama eksis dan nyaman hidup disini. Tapi kenyataannya, alam berubah liar, buas karena ekosistemnya sudah banyak terganggu. Manusia satu2nya mahluk yang paling menentukan kemana alam akan berubah. Tuhan sepenuhnya telah memberikan kuasa pada manusia, siapa yang menabur angin, dia jualah yang menuai badai.
Sebetulnya tidaklah susah merawat alam dengan melakukan hal2 kecil, tapi sebagian besar orang tidak peduli. Hanya untuk membuang sampah pada tempatnya saja banyak orang yang tidak bisa melakukannya, apalagi disuruh menanam pohon atau menguras selokan. Banyak orang tidak bisa menghormati tumbuh2an dan lupa bahwa tumbuh2an itu telah berjasa memberinya oksigen. Mungkin yang selalu kita ingat; kita bisa bernafas karena Tuhan begitu welas asih memberi kita umur panjang, menyediakan kita oksigen yang berlimpah tapi tidak bisa bersyukur bahwa Tuhan memberi kita semua itu lewat sebatang pohon dan kita disuruh hidup berdampingan dengannya.
Memang, bumi ini tergolong masih sangat bagus untuk ditempati, ketimbang planet lain yang telah diketahui. Perfect. Tuhan menciptakannya dalam keadaan surgawi. Tapi kita hidup seolah2 tidak punya toleransi sama sekali. Mewariskan pada generasi penerus keadaan yang semakin memburuk. Tidak ada tanda2 rantai kerusakan itu akan menemukan titik balik, semakin bertumpuk, terutama kita disini. Agak mengerikan memikirkan betapa kita mencari kebaikan hidup dengan merusak tempat yang memberi kita hidup. Dan lebih gila lagi karena ternyata banyak orang yang mendapatkan kenyamanan hidup dengan merusak tempat hidup orang lain, memberikan orang lain residu berbahaya dan polutan. Betapa tidak perduli!
Jika diurutkan memang perusahaan pembalak hutanlah yang paling depan, perusahaan2 tambang yang mengoyak2 hutan dan membuang tailingnya ke laut, perusahaan minyak yang melapisi air samudera dengan tumpahan minyak, perusahaan2 yang cerobong asapnya menyemburkan asap pekat sementara pipa pembuangan limbahnya tepat diarahkan ke sungai. Terakhir ditambah jutaan rumah tangga tidak sempat memikirkan kemana saluran limbah rumah tangga sebaiknya dibuang, kenapa harus memilah sampah?, kemana baiknya membuang sampah, bagaimana memperlakukan sebatang pohon kecil yang layu karena tidak pernah disiram.
Sudah banyak contoh sederhana gerakan pribadi maupun terorganisir yang peduli pada kelangsungan lingkungan yang lebih baik, tapi sangat jauh dari cukup. Kesadaran dan tanggungjawab tiap2 individulah yang diharapkan untuk lebih menghargai alam yang telah memberi kita kehidupan berlimpah. Pada akhirnya apapun yang kita lakukan akan kembali jua. Siapa menyemai biji anggur, akan menuai buah anggur. salam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar