Jumat, 18 Januari 2013

Pikiran-pikiran yang melayang di atas langit Jakarta

Tempat ini seperti goa besar yang sudah ditaklukkan
Namun kalong-kalong masih menggantung dan mencicit di langit-langit
kalong-kalong itu tidak boleh diusir apalagi dimusnahkan
sebab hilang berarti akan datang pemangsa baru yang lebih mengerikan
bau adalah takdir ringan yang harus diterima

Kemana gerangan kalong-kalong itu mencari makan?
Di Kota ini tidak ada pohon yang berbuah
Mungkin mereka mencari makan ke pinggiran kota, ke kebun-kebun yang masih ada
Menjelang malam kalong pergi bergerombol dalam kawanan gelap bak rangkaian gerbong kereta tua
mencuri buah dari pasar-pasar, supermarket dan di mall-mall
atau mereka sudah tidak makan buah lagi
bau kotorannya tidak seamis kalong-kalong kampung yang sudah dikenal Memang, kadang-kadang tercium bau cokelat juga.
Entahlah..

Goa besar ini tidaklah bertambah besar
maka lambat laun terasa semakin sesak
Orang-orang yang semakin berjubel serupa stalakmit dan kalong-kalong yang menggantung bagai stalaktit
Suatu saat sepertinya dua spesies yang berbeda ini akan bertemu
atau saling meniadakan
Kalong-kalong yang yang mengembara sepanjang malam dan menggantung sepanjang hari
dan orang-orang yang mencari ketenangan di malam hari dan kelayapan pada siang harinya
Mungkin itu juga yang selama ini menjadi harmoni, saling mengisi, bahkan kadang seperti tidak saling mengenal

Menjelang malam saat orang-orang hendak keperaduannya selalu dihiasi gerutuan
kalong-kalong jalang yang tidak mengenal tata krama; buang kotoran seenaknya
atau pagi harinya saat kalong-kalong itu menjerit-jerit karena polusi asap dapur orang-orang yang sedang mempersiapkan sarapannya
Begitulah kehidupannya, diantara makian dan tanda tanya: kapan gerangan kalong-kalong itu pergi atau musnah?
dan tentu kalong-kalong itu tidak kalah herannya: kenapa orang-orang ini bisa hidup dalam goa yang busuk seperti ini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar